Bismillaahirrahmaanirrahiim
TAUBAT DAN MOHON
AMPUNAN ALLAH SWT.
Bab 103 (TAMAT)
PETUNJUK AL-QURAN
CARA MENYELESAIKAN PERTENTANGAN PIHAK-PIHAK YANG BERTIKAI & PENGULANGAN “MAGNA
CHARTA” (PIAGAM PERSAUDARAAN DAN PERSAMAAN UMAT MANUSIA) DI AKHIR ZAMAN YANG SUKSES DIAMALKAN NABI BESAR MUHAMMAD SAW.
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab 102
dibahas topik Akibat Kafir
Setelah Beriman sehubungan dengan “orang-orang yang berwajah
hitam” (QS.3:107) yang kenyataannya
di Akhir Zaman ini di wilayah Timur Tengah terjadinya “Kobaran Api” yang sangat mengerikan, yang pada
hakikatnya hal tersebut merupakan
akibat pasti dari pelanggaran secara sengaja terhadap berbagai petunjuk Allah Swt. dalam Al-Quran kepada umat Islam, karena itu tidak perlu mencari-cari “kambing-hitam” dan menyalahkan fihak-fihak
di luar Islam, firman-Nya:
مَا یَفۡعَلُ
اللّٰہُ بِعَذَابِکُمۡ اِنۡ شَکَرۡتُمۡ وَ
اٰمَنۡتُمۡ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ شَاکِرًا عَلِیۡمًا ﴿﴾
Mengapa Allah akan mengazab kamu jika kamu bersyukur dan beriman?
Dan Allah
benar-benar Maha Menghargai, Maha
Mengetahui. (An-Nisa [4]:148).
Firman-Nya
lagi:
قُلۡ ہُوَ الۡقَادِرُ عَلٰۤی اَنۡ یَّبۡعَثَ عَلَیۡکُمۡ عَذَابًا مِّنۡ
فَوۡقِکُمۡ اَوۡ مِنۡ تَحۡتِ اَرۡجُلِکُمۡ اَوۡ یَلۡبِسَکُمۡ شِیَعًا وَّ یُذِیۡقَ
بَعۡضَکُمۡ بَاۡسَ بَعۡضٍ ؕ اُنۡظُرۡ کَیۡفَ نُصَرِّفُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّہُمۡ
یَفۡقَہُوۡنَ ﴿﴾ وَ
کَذَّبَ بِہٖ قَوۡمُکَ وَ ہُوَ الۡحَقُّ ؕ قُلۡ لَّسۡتُ عَلَیۡکُمۡ بِوَکِیۡلٍ ﴿ؕ﴾ لِکُلِّ
نَبَاٍ مُّسۡتَقَرٌّ ۫ وَّ سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ
﴿﴾
Katakanlah: “Dia-lah Yang berkuasa mengirimkan azab
kepada kamu dari atasmu atau dari
bawah kaki kamu atau mencampur-baurkan
kamu menjadi golongan-golongan yang saling berselisih dan membuat sebagian kamu merasakan keganasan
sebagian yang lain.” Lihatlah bagai-mana
Kami membentangkan Tanda-tanda supaya mereka mengerti. وَ کَذَّبَ بِہٖ قَوۡمُکَ وَ ہُوَ الۡحَقُّ ؕ قُلۡ لَّسۡتُ
عَلَیۡکُمۡ بِوَکِیۡلٍ -- Dan kaum
engkau telah mendustakannya, padahal itu
adalah kebenaran. Katakanlah: ”Aku sekali-kali bukan
penanggungjawab atas kamu.” لِکُلِّ نَبَاٍ مُّسۡتَقَرٌّ ۫ وَّ سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ -- Bagi tiap kabar gaib ada masa yang tertentu,
dan kamu segera akan mengetahui.
(Al-An’ām
[6]:66-68).
Makna Azab dari Atas
dan dari Bawah
“Azab dari atas” dalam ayat 66 maknanya: kelaparan, gempa bumi, air bah, taufan,
penin-dasan terhadap golongan yang lemah oleh yang kuat, penderitaan mental,
dan sebagainya, dan “azab dari bawah”
berarti: penyakit-penyakit, wabah,
pemberontakan orang-orang bawahan, dan sebagainya. Kemudian ada hukuman berupa kekacauan, perpecahan-perpecahan
dan perselisihan yang kadang-kadang
berakhir dalam perang saudara. Hal
demikian ini diisyaratkan dalam kata-kata:
وَّ یُذِیۡقَ
بَعۡضَکُمۡ بَاۡسَ بَعۡضٍ -- “dan membuat sebagian kamu merasakan keganasan
sebagian yang lain.”
Di sini kata ganti “nya” dalam ayat: وَ کَذَّبَ بِہٖ قَوۡمُکَ وَ ہُوَ الۡحَقُّ -- ”dan
kaum engkau telah mendustakannya, padahal itu
adalah kebenaran” menunjuk kepada
(1) perkara yang sedang dibahas; (2) Al-Quran; (3) azab Ilahi. Jika kita ambil
arti yang terakhir, maka kata-kata “padahal itu adalah kebenaran” akan
berarti bahwa azab yang dijanjikan
pasti akan tiba.
Ayat: لِکُلِّ نَبَاٍ مُّسۡتَقَرٌّ
۫ وَّ سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ – “Bagi
tiap kabar gaib ada masa yang tertentu, dan kamu segera akan mengetahu” itu berarti bahwa Allah
Swt. sesuai dengan hikmah-Nya yang tidak dapat salah itu,
telah menentukan satu saat penggenapan
setiap kabar gaib (nubuatan). Maka azab Ilahi yang telah dijanjikan
kepada orang-orang yang menolak kebenaran
akan datang juga dengan tiba-tiba pada saatnya
yang tepat.
Semua
itu terjadi sesuai dengan pernyataan Allah Swt. dalam firman-Nya berikut ini:
وَ اِذۡ تَاَذَّنَ
رَبُّکُمۡ لَئِنۡ شَکَرۡتُمۡ
لَاَزِیۡدَنَّکُمۡ وَ لَئِنۡ
کَفَرۡتُمۡ اِنَّ عَذَابِیۡ لَشَدِیۡدٌ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Rabb (Tuhan) kamu
mengumumkan: ”Jika kamu benar-benar bersyukur niscaya
akan Ku-limpahkan lebih banyak karunia
kepada kamu, وَ لَئِنۡ
کَفَرۡتُمۡ اِنَّ عَذَابِیۡ لَشَدِیۡدٌ -- tetapi jika kamu benar-benar tidak bersyukur sesungguhnya azab-Ku sungguh sangat keras.”
(Ibrahim
[14]:8).
Landasan “Bersyukur” & Sikap Hidup “Berserah
diri” yang Sempurna
Syukr (syukur) itu tiga macam: (1)
Dengan hati atau pikiran, yaitu dengan satu pengertian yang tepat dalam hati
mengenai manfaat yang diperolehnya; (2) Dengan lidah, yaitu dengan
memuji-muji, menyanjung atau memuliakan orang yang berbuat kebaikan; dan (3)
Dengan anggota-anggota badan, yaitu dengan membalas
kebaikan yang diterima setimpal dengan jasa itu.
Syukur dari pihak Allah
Swt. terwujud dalam pemberian
ampun kepada hamba-hamba-Nya atau memujinya
atau memandangnya dengan rasa puas, menghargai atau mengaruniai, dan seterusnya tentu saja membalas atau mengganjar
amal-amalnya (Lexicon Lane).
Syukr bersitumpu pada lima dasar: (a)
kerendahan hati dari orang yang
menyatakan syukur itu kepada dia yang kepadanya syukur itu dinyatakan, (b) kecintaan terhadapnya; (c)
pengakuan mengenai jasa yang dia
berikan, (d) sanjungan
terhadapnya untuk itu; (e) tidak mempergunakan jasa itu dengan cara yang
ia (orang yang telah memberikannya) tidak akan menyukainya. Itulah syukr
dari pihak manusia.
Syukr dari pihak Allah Swt. ialah dengan mengampuni seseorang atau memujinya
atau merasa puas terhadapnya, berkemauan
baik untuknya atau senang
kepadanya, dan karena itu merasa perlu
memberi imbalan atau mengganjarnya
(Lexicon Lane). Umat Islam hanya dapat benar-benar bersyukur kepada Allah Swt. jika mempergunakan segala pemberian-Nya dengan tepat
-- terutama Al-Quran sebagai Kitab suci terakhir dan tersempurna (QS.5:4) -- sebagaimana dicontohkan Nabi Besar
Muhammad saw, firman-Nya:
قُلۡ
اِنَّنِیۡ ہَدٰىنِیۡ رَبِّیۡۤ
اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ ۬ۚ دِیۡنًا قِیَمًا مِّلَّۃَ اِبۡرٰہِیۡمَ حَنِیۡفًا ۚ وَ مَا کَانَ مِنَ
الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾ قُلۡ
اِنَّ صَلَاتِیۡ وَ نُسُکِیۡ وَ
مَحۡیَایَ وَ مَمَاتِیۡ لِلّٰہِ رَبِّ
الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ۙ لَا شَرِیۡکَ لَہٗ ۚ وَ بِذٰلِکَ اُمِرۡتُ وَ
اَنَا اَوَّلُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾ قُلۡ اَغَیۡرَ
اللّٰہِ اَبۡغِیۡ رَبًّا وَّ ہُوَ رَبُّ کُلِّ شَیۡءٍ ؕ وَ لَا تَکۡسِبُ کُلُّ
نَفۡسٍ اِلَّا عَلَیۡہَا ۚ وَ لَا تَزِرُ
وَازِرَۃٌ وِّزۡرَ اُخۡرٰی ۚ ثُمَّ اِلٰی رَبِّکُمۡ مَّرۡجِعُکُمۡ
فَیُنَبِّئُکُمۡ بِمَا کُنۡتُمۡ
فِیۡہِ تَخۡتَلِفُوۡنَ ﴿﴾ وَ ہُوَ
الَّذِیۡ جَعَلَکُمۡ خَلٰٓئِفَ الۡاَرۡضِ وَ رَفَعَ بَعۡضَکُمۡ فَوۡقَ بَعۡضٍ
دَرَجٰتٍ لِّیَبۡلُوَکُمۡ فِیۡ مَاۤ
اٰتٰکُمۡ ؕ اِنَّ رَبَّکَ سَرِیۡعُ
الۡعِقَابِ ۫ۖ وَ اِنَّہٗ لَغَفُوۡرٌ
رَّحِیۡمٌ ﴿﴾٪
Katakanlah: “Sesungguhnya aku telah diberi petunjuk oleh Rabb-ku
(Tuhan-ku) kepada jalan lurus, agama yang
teguh, agama Ibrahim
yang lurus dan dia bukanlah
dari orang-orang musyrik.” قُلۡ
اِنَّ صَلَاتِیۡ وَ نُسُکِیۡ وَ
مَحۡیَایَ وَ مَمَاتِیۡ لِلّٰہِ رَبِّ
الۡعٰلَمِیۡنَ -- Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, pengorbananku, kehidupanku, dan kematianku
hanyalah untuk Allah, Rabb (Tuhan) seluruh alam; لَا شَرِیۡکَ لَہٗ ۚ وَ بِذٰلِکَ اُمِرۡتُ وَ اَنَا اَوَّلُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ -- Tidak ada sekutu bagi-Nya, untuk itulah aku
diperintahkan, dan akulah orang pertama yang berserah diri. Katakanlah: ”Apakah aku akan mencari Tuhan
yang bukan-Allah,
padahal Dia-lah Tuhan segala sesuatu?” Dan tiada jiwa mengupayakan sesuatu melainkan akan menimpa dirinya, dan tidak pula
seorang pemikul beban memikul beban orang lain. Kemudian kepada Rabb (Tuhan) kamu tempat
kembalimu, maka Dia akan memberitahu
kamu apa-apa yang mengenainya kamu berselisih. Dan Dia-lah Yang menjadikan kamu penerus-penerus di bumi, dan Dia meninggikan sebagian kamu dari sebagian
yang lain dalam derajat supaya
Dia menguji kamu dengan apa pun yang
telah Dia berikan kepadamu. Sesungguhnya
Rabb (Tuhan) engkau sangat cepat dalam menghukum,
dan sesungguhnya Dia benar-benar Maha
Pengampun, Maha Penyayang (Al-An’ām
[6]:162-166).
Landasan dan Cara Kerja Pembentukan
Liga Bangsa-bangsa yang Berhasil-guna Menurut Al-Quran
Kembali kepada pembahasan surah Al-Hujurāt mengenai petunjuk Al-Quran berkenaan cara menyelesaikan “persengketaan” – baik di kalangan sesama Muslim mau pun
secara Internasional -- firman-Nya:
وَ اِنۡ طَآئِفَتٰنِ مِنَ
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اقۡتَتَلُوۡا فَاَصۡلِحُوۡا بَیۡنَہُمَا ۚ فَاِنۡۢ بَغَتۡ اِحۡدٰىہُمَا عَلَی الۡاُخۡرٰی
فَقَاتِلُوا الَّتِیۡ تَبۡغِیۡ حَتّٰی
تَفِیۡٓءَ اِلٰۤی اَمۡرِ اللّٰہِ ۚ فَاِنۡ فَآءَتۡ فَاَصۡلِحُوۡا بَیۡنَہُمَا بِالۡعَدۡلِ وَ اَقۡسِطُوۡا
ؕ اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ الۡمُقۡسِطِیۡنَ ﴿﴾ اِنَّمَا الۡمُؤۡمِنُوۡنَ
اِخۡوَۃٌ فَاَصۡلِحُوۡا بَیۡنَ
اَخَوَیۡکُمۡ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ
لَعَلَّکُمۡ تُرۡحَمُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan jika dua golongan dari orang-orang beriman berperang maka damaikanlah antara keduanya, lalu jika
salah satu dari kedua mereka menyerang yang lain maka perangilah pihak yang menyerang hingga ia kem.-bali kepada perintah Allah,
فَاِنۡ فَآءَتۡ فَاَصۡلِحُوۡا بَیۡنَہُمَا بِالۡعَدۡلِ وَ
اَقۡسِطُوۡا ؕ اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ الۡمُقۡسِطِیۡنَ -- kemudian jika ia kembali maka damaikanlah antara keduanya dengan adil
dan berbuatlah adil, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat
adil. اِنَّمَا
الۡمُؤۡمِنُوۡنَ اِخۡوَۃٌ فَاَصۡلِحُوۡا بَیۡنَ اَخَوَیۡکُمۡ وَ اتَّقُوا
اللّٰہَ لَعَلَّکُمۡ تُرۡحَمُوۡنَ -- Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, maka damai-kanlah
di antara kedua saudara kamu, dan bertakwalah
kepada Allah supaya kamu dikasihani
(Al-Hujurāt [49]:10).
Suatu bahaya besar bagi keamanan dan kesetiakawanan suatu negara
Islam, adalah percekcokan dan pertengkaran yang mungkin timbul di
antara berbagai golongan atau pihak orang-orang Muslim. Ayat ini
memberikan obat yang mujarab untuk mendamaikan pertikaian-pertikaian
semacam itu.
Pada pokoknya, Surah Al-Hujurāt membahas penye-lesaian
perselisihan-perselisihan di antara beberapa pihak sesama Muslim, dan di samping itu merupakan landasan sehat, yang berdasarkan
itu suatu Liga Bangsa-bangsa atau Perserikatan
Bangsa-bangsa yang sungguh-sungguh ampuh dapat didirikan. Ayat ini menetapkan suatu asas yang sehat untuk memelihara perdamaian dunia internasional.
Selanjutnya Allah St. berfirman:
اِنَّمَا الۡمُؤۡمِنُوۡنَ
اِخۡوَۃٌ فَاَصۡلِحُوۡا بَیۡنَ
اَخَوَیۡکُمۡ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ
لَعَلَّکُمۡ تُرۡحَمُوۡنَ ﴿٪﴾
Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara,
maka damaikanlah di antara kedua saudarakamu yang berselisih, dan bertakwalah
kepada Allah supaya kamu dikasihani.
(Al-Hujurāt
[49]:11).
Ayat
ini secara khusus menekankan pada pentingnya ukhuwah islamiyah (persaudaraan
dalam Islam). Sekiranya timbul pertengkaran
atau perselisihan
di antara dua orang atau dua golongan Muslim atau dua negara Muslim, maka orang-orang Islam lainnya dianjurkan
segera mengam-bil langkah supaya
mendatangkan ishlah (perdamaian)
di antara mereka. Kekuatan hakiki agama
Islam terletak pada persaudaraan
ideal, yang mengatasi segala hambatan
kelas, warna kulit atau iklim.
Berbagai Penyebab Timbulnya Persengketaan
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai petunjuk lainnya yang diabaikan umumnya umat
Islam sehingga terjadi “persengketaan”
di kalangan mereka, yaitu saling mencemooh
di antara sesama mereka,
firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا یَسۡخَرۡ قَوۡمٌ
مِّنۡ قَوۡمٍ عَسٰۤی اَنۡ یَّکُوۡنُوۡا خَیۡرًا مِّنۡہُمۡ وَ لَا نِسَآءٌ مِّنۡ
نِّسَآءٍ عَسٰۤی اَنۡ یَّکُنَّ
خَیۡرًا مِّنۡہُنَّ ۚ وَ لَا تَلۡمِزُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ وَ لَا تَنَابَزُوۡا
بِالۡاَلۡقَابِ ؕ بِئۡسَ الِاسۡمُ الۡفُسُوۡقُ بَعۡدَ الۡاِیۡمَانِ ۚ وَ مَنۡ
لَّمۡ یَتُبۡ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الظّٰلِمُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, janganlah
suatu kaum mencemoohkan kaum lain, mungkin mereka itu lebih
baik daripada mereka yang mencemooh, dan janganlah perempuan mencemoohkan perempuan lain, mungkin
mereka itu lebih baik daripada mereka, وَ لَا تَلۡمِزُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ وَ لَا تَنَابَزُوۡا
بِالۡاَلۡقَابِ -- dan
janganlah kamu memburuk-burukkan sesama
kamu, dan janganlah panggil-memanggil dengan nama buruk, بِئۡسَ الِاسۡمُ الۡفُسُوۡقُ بَعۡدَ
الۡاِیۡمَانِ -- seburuk-buruk sebutan ialah fasiq (durhaka) sesudah beriman, وَ مَنۡ لَّمۡ یَتُبۡ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ
الظّٰلِمُوۡنَ -- dan barangsiapa tidak
bertaubat mereka itulah orang-orang
yang zalim. (Al-Hujurāat [49]:12).
Lebih lanjut Allah Swt. mengemukakan “penyakit hati” yang jauh lebih buruk daripada suka mencemooh
pihak lain yakni berpraduga-buruk,
firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اجۡتَنِبُوۡا کَثِیۡرًا مِّنَ
الظَّنِّ ۫ اِنَّ بَعۡضَ الظَّنِّ اِثۡمٌ وَّ لَا تَجَسَّسُوۡا وَ لَا یَغۡتَبۡ
بَّعۡضُکُمۡ بَعۡضًا ؕ اَیُحِبُّ
اَحَدُکُمۡ اَنۡ یَّاۡکُلَ لَحۡمَ اَخِیۡہِ مَیۡتًا فَکَرِہۡتُمُوۡہُ ؕ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
تَوَّابٌ رَّحِیۡمٌ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka karena sebagian prasangka itu dosa. وَّ لَا تَجَسَّسُوۡا وَ لَا یَغۡتَبۡ بَّعۡضُکُمۡ بَعۡضًا -- Dan jangan
kamu saling memata-matai, dan jangan
pula sebagian kamu mengumpat sebagian yang lain. اَیُحِبُّ
اَحَدُکُمۡ اَنۡ یَّاۡکُلَ لَحۡمَ اَخِیۡہِ مَیۡتًا فَکَرِہۡتُمُوۡہُ -- Apakah salah seorang kamu suka memakan daging saudaranya yang mati, maka pasti kamu tidak menyukainya. وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ تَوَّابٌ رَّحِیۡمٌ -- Dan bertakwalah kepada Allah, se-sungguhnya Allah berulang-ulang menerima taubat dan Maha Penyayang. (Al-Hujurāt [49]:13).
Oleh karena masalah yang
dibahas oleh Surah Al-Hujurāt pada pokoknya
menciptakan keserasian, keakraban, dan kerjasama yang baik di
antara orang-orang Muslim secara perseorangan atau golongan, maka ayat ini dan ayat sebelumnya menyebut beberapa keburukan sosial, yang menyebabkan munculnya ketidakserasian,
pertentangan dan perselisihan dan membuat suatu masyarakat
menjadi berkarat, rusak, dan kotor serta menggerogoti unsur
pentingnya itu, lalu memerintahkan
kepada orang-orang Muslim supaya berjaga-jaga terhadap hal-hal itu.
Mengejek
dan mencemoohkan orang lain, memata-matai dan memanggil dengan kata makian,
curiga dan mengumpat, adalah beberapa di antara keburukan-keburukan sosial itu, padahal pihak yang jadi sasaran boleh jadi tidak
seperti yang diprasangkakan (diduga)
oleh pihak yang mengumpat, dan
terjadi hanya karena mendengar informasi
yang keliru atau dusta (hoax).
Itulah sebabnya dalam ayat tersebut Allah Swt.
telah memperingatkan umat Islam: یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا – “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka karena sebagian prasangka itu dosa” karena
tidak mustahil informasi yang mereka terima berasal dari orang-orang fasiq yang senang menyebar “hoax” (berita dusta), firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِنۡ جَآءَکُمۡ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ
فَتَبَیَّنُوۡۤا اَنۡ تُصِیۡبُوۡا
قَوۡمًۢا بِجَہَالَۃٍ فَتُصۡبِحُوۡا عَلٰی
مَا فَعَلۡتُمۡ نٰدِمِیۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, jika datang
kepada kamu seorang fasiq (durhaka) membawa suatu kabar maka selidikilah
dengan jelas, supaya
kamu tidak menimpakan musibah terhadap suatu kaum karena kejahilan lalu kamu menjadi menyesal atas apa
yang telah kamu kerjakan (Al-Hujurāt
[49]:7).
Keragaman Umat
Manusia Sebagai Makhluq Merupakan
Keniscayaan Guna Membedakan dari Al-Khāliq
(Maha Pencipta – Allah Swt.) Yang Maha
Esa
Pendek kata, banyak penyebab timbulnya “salah duga” di kalangan umat manusia
-- baik dalam lingkup perseorangan,
mau pun suku, bangsa dan kelompok
bangsa – karena memang Allah Swt. telah
berfiman mengenai “keberagaman” umat manusia, yang tujuannya adalah untuk لِتَعَارَفُوۡا -- “saling
memperoleh manfaat”, bukan untuk perpecahan
umat -- firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ ذَکَرٍ وَّ اُنۡثٰی وَ جَعَلۡنٰکُمۡ
شُعُوۡبًا وَّ قَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوۡا ؕ اِنَّ
اَکۡرَمَکُمۡ عِنۡدَ اللّٰہِ اَتۡقٰکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَلِیۡمٌ خَبِیۡرٌ
﴿﴾
Hai manusia, sesungguhnya Kami
telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu bangsa-bangsa
dan bersuku-suku لِتَعَارَفُوۡا -- supaya
kamu dapat saling mengenal. اِنَّ
اَکۡرَمَکُمۡ عِنۡدَ اللّٰہِ اَتۡقٰکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَلِیۡمٌ خَبِیۡرٌ -- Sesungguhnya yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling
bertakwa di antara kamu. اِنَّ اللّٰہَ عَلِیۡمٌ خَبِیۡرٌ -- Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha
Waspada. (Al-Hujurāt [49]:14).
Syu’ub itu jamak dari sya’b, yang berarti: suku
bangsa besar, induk suku-suku bangsa disebut qabilah, tempat mereka
berasal dan yang meliputi mereka; suku bangsa (Lexicon Lane). Sesudah
membahas masalah persaudaraan dalam Islam
pada dua ayat sebelumnya, ayat ini meletakkan dasar persaudaraan yang melingkupi
dan meliputi seluruh umat manusia.
Pada hakikatnya, ayat ini merupakan “Magna
Charta” – “piagam persau-daraan dan persamaan umat manusia”.
Ayat ini menumbangkan rasa dan
sikap lebih unggul semu lagi bodoh, yang lahir dari keangkuhan rasial atau kesombongan nasional. Karena umat manusia sama-sama diciptakan dari jenis
laki-laki dan perempuan, maka
sebagai makhluk manusia semua orang telah
dinyatakan sama dalam pandangan Allah Swt.., karena
harga seseorang tidak dinilai oleh warna kulitnya, jumlah harta miliknya,
oleh pangkatnya atau kedudukannya dalam masyarakat, keturunan
atau asal-usulnya, melainkan oleh keagungan akhlaknya dan oleh caranya melaksanakan kewajiban kepada Allah Swt. (Huququllāh)dan manusia (huququl-‘ibād): اِنَّ اَکۡرَمَکُمۡ عِنۡدَ اللّٰہِ اَتۡقٰکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَلِیۡمٌ خَبِیۡرٌ -- Sesungguhnya yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling
bertakwa di antara kamu. اِنَّ اللّٰہَ عَلِیۡمٌ خَبِیۡرٌ -- Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha
Waspada. (Al-Hujurāt
[49]:14).
Seluruh keturunan
manusia, tidak lain hanya suatu keluarga
belaka. Pembagian suku-suku bangsa, bangsa-bangsa dan rumpun-rumpun bangsa dimaksudkan untuk memberikan kepada mereka saling pengertian yang lebih baik terhadap satu-sama lain agar mereka dapat saling mengambil manfaat dari kepribadian serta sifat-sifat baik bangsa-bangsa itu masing-masing, firman-Nya:
وَ مِنۡ اٰیٰتِہٖۤ اَنۡ خَلَقَ لَکُمۡ مِّنۡ اَنۡفُسِکُمۡ
اَزۡوَاجًا لِّتَسۡکُنُوۡۤا اِلَیۡہَا وَ جَعَلَ بَیۡنَکُمۡ مَّوَدَّۃً
وَّ رَحۡمَۃً ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ
لَاٰیٰتٍ لِّقَوۡمٍ یَّتَفَکَّرُوۡنَ ﴿﴾ وَ
مِنۡ اٰیٰتِہٖ خَلۡقُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ اخۡتِلَافُ اَلۡسِنَتِکُمۡ وَ
اَلۡوَانِکُمۡ ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ
لَاٰیٰتٍ لِّلۡعٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Dan
dari antara Tanda-tanda-Nya ialah bahwa Dia
telah menciptakan bagi kamu jodoh-jodoh dari jenis kamu sendiri, supaya
kamu memperoleh ketenteraman padanya, dan Dia telah menjadikan di antara kamu kecintaan dan kasih-sayang. Sesungguhnya di dalam yang demikian itu ada Tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir. Dan dari antara Tanda-tanda-Nya adalah
penciptaan seluruh langit dan bumi serta perbedaan bahasa kamu dan warna
kulitmu. Sesungguhnya dalam yang
demikian itu ada Tanda-tanda bagi mereka yang ber-ilmu. (Ar-Rūm
[30]:22-23).
Makna
ayat 22 bahwa kecintaan di antara laki-laki dan perempuan menjurus kepada pembiakan
dan kelanjutan hidup makhluk manusia
pada permukaan bumi. Hal itu menunjukkan adanya suatu perencanaan dan suatu tujuan
tertentu di balik perencanaan itu
dan adanya Sang Perencana dan juga adanya kehidupan yang lebih baik dan lebih sempurna sesudah kehidupan di dunia ini.
Sedangkan makna ayat selanjutnya
menjelaskan bahwa kemajuan manusia
sangat erat hubungannya dengan adanya
perbedaan-perbedaan dalam bahasa
dan warna kulit. Perbedaan-perbedaan
itu mengisyaratkan kepada adanya
suatu perencanaan dan suatu Perencana. Sang Perencana itu ialah Sang
Pencipta seluruh langit dan bumi,
yakni Allah Swt..
Di balik perbedaan
bahasa dan warna kulit, yang mengakibatkan bercorak-ragamnya peradaban dan kebudayaan ada kesatuan —
yakni kesatuan umat manusia. Kesatuan
umat manusia itu menjurus kepada kesimpulan yang tidak dapat
dihindarkan yaitu Keesaan Sang
Pencipta-nya (QS.30:31-33; QS.7:173-175).
Pengulangan Kesuksesan Misi
Suci Nabi Besar Muhammad saw. di Akhir
Zaman
Kembali
kepada surah Al-Hujurāt ayat 14, pada
peristiwa Haj terakhir (Hajji Wada) di
Mekkah, tidak lama sebelum Nabi Besar Muhammad saw. wafat,
beliau saw. khutbah di hadapan sejumlah
besar orang-orang Muslim antara lain
beliau saw. bersabda:
“Wahai sekalian manusia! Tuhan Kamu itu Esa dan bapakmu satu
jua. Seorang orang Arab tidak
mempunyai kelebihan atas orang-orang non Arab. Seorang kulit putih sekali-kali tidak mempunyai
kelebihan atas orang-orang berkulit merah,
begitu pula sebaliknya, seorang kulit
merah tidak mempunyai kelebihan apa
pun di atas orang berkulit putih
melainkan kelebihannya ialah sampai
sejauh mana ia melaksanakan kewajibannya terhadap Allah dan manusia. اِنَّ اَکۡرَمَکُمۡ عِنۡدَ اللّٰہِ اَتۡقٰکُم -- Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu sekalian
pada pandangan Allah ialah yang paling bertakwa di antara kamu” (Baihaqi).
Sabda agung Nabi Besar Muhammad saw.
ini menyimpulkan cita-cita paling
luhur dan asas-asas paling kuat.
Di tengah suatu masyarakat yang
terpecah-belah dalam kelas-kelas
yang berbeda itulah, Nabi Besar
Muhammad saw . mengajarkan asas yang sangat demokratis.
Kesuksesan misi suci Nabi
Besar Muhammad saw. tersebut, Insya Allah, akan terulang
di Akhir Zaman ini melalui pengutusan kedua kali secara ruhani beliau
saw. dalam wujud Khalifah beliau, yaitu Masih Mau’ud a.s. yang merupakan
“burung” keempat Nabi Ibrahim
a.s. (QS.2:261), firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ
فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang butahuruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan
kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ -- Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang
belum bertemu dengan mereka. Dan
Dia-lah Yang Maha Per-kasa, Maha
Bijaksana. ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ -- Itulah karunia
Allah, Dia menganugerahkannya kepada
siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
Melalui perjuangan suci Masih Mau’ud a.s. maka terciptanya “Langit baru dan bumi baru” (QS.14:49; QS.39:70) akan terwujud -- yakni
dengan “jihad di jalan Allah”
yang dilandasi LOVE FOR ALL HATRED FOR NONE (Cinta untuk semua tidak ada
kebencian bagi siapa pun), sehingga pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. sebagai “rahmat bagi seluruh alam” (QS.21:108)
serta “umat Islam” sebagai “umat terbaik” bagi manfaat seluruh umat manusia (QS.2:144; QS.3:111), Insya Allah, akan kembali terbukti kebenarannya, sebagaimana firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,
walaupun orang musyrik tidak menyukai (Ash-Shaf [61]:10).
Pidato Lengkap Nabi Besar Muhammad saw. Pada Haji Wada’
“Wahai manusia!
Dengarkanlah nasihatku
baik-baik, karena barangkali aku tidak
dapat lagi bertemu dengan kamu semua di tempat ini.
Tahukah kamu semua, hari apakah ini?
Inilah Hari Nahr, hari kurban yang suci. Tahukah kamu bulan apakah ini? Inilah
bulan suci. Tahukah kalian tempat apakah ini? Inilah kota yang suci. Karena itu, aku
permaklumkan kepada kalian semua bahwa darah dan nyawa kalian, harta benda
kalian dan kehormatan yang satu terhadap yang lainnya haram atas kalian sampai
kalian bertemu dengan Rabb kalian kelak. Semua harus kalian sucikan sebagaimana
sucinya hari ini, sebagaimana sucinya bulan ini, dan sebagaimana sucinya kota
ini. Hendaklah berita ini disampaikan kepada orang-orang yang tidak hadir di
tempat ini oleh kamu sekalian!
Bukankah aku telah
menyampaikan? Ya Allah, saksikanlah!
Hari ini hendaklah dihapuskan segala
macam bentuk riba. Barang siapa yang memegang amanah di tangannya, maka
hendaklah dibayarkan kepada yang memiliki. Dan, sesungguhnya riba jahiliyah
adalah batil. Dan awal riba yang pertama
sekali kuberantas adalah riba yang dilakukan pamanku sendiri, Al-’Abbas
bin’Abdul-Muththalib.
Hari ini haruslah dihapuskan semua bentuk
pembalasan dendam pembunuhan jahiliyah, dan penuntutan darah cara jahiliyah.
Yang pertama kali kuhapuskan adalah tuntutan darah ‘Amir bin Al-Harits.
Wahai manusia!
Hari
ini setan telah putus asa untuk dapat disembah pada bumimu yang suci ini.
Tetapi, ia bangga jika kamu dapat menaatinya walau dalam perkara yang
kelihatannya kecil sekalipun. Karena itu, waspadalah kalian atasnya! Wahai
manusia! Sesungguhnya zaman itu beredar sejak Allah menjadikan langit dan bumi.
Wahai manusia!
Sesungguhnya bagi kaum wanita (istri
kalian) itu ada hak-hak yang harus kalian penuhi, dan bagi kalian juga ada
hak-hak yang harus dipenuhi istri itu. Yaitu,
mereka tidak boleh sekali-kali membawa orang lain ke tempat tidur selain kalian
sendiri, dan mereka tak boleh membawa orang lain yang tidak kalian sukai ke
rumah kalian, kecuali setelah mendapat izin dari kalian terlebih dahulu.
Karena itu, sekiranya kaum wanita itu
melanggar ketentuan-ketentuan demikian, sesungguhnya Allah telah mengizinkan
kalian untuk meninggalkan mereka, dan kalian boleh melecut ringan terhadap diri
mereka yang berdosa itu. Tetapi, jika
mereka berhenti dan tunduk kepada kalian, menjadi kewajiban kalianlah untuk
memberi nafkah dan pakaian mereka dengan sebaik-baiknya.
Ingatlah, kaum hawa adalah makhluk yang lemah di
samping kalian. Mereka tidak berkuasa. Kalian telah membawa mereka dengan
suatu amanah dari Tuhan dan kalian telah halalkan
kehormatan mereka dengan kalimat Allah. Karena itu, bertakwalah kepada Allah tentang urusan wanita dan
terimalah wasiat ini untuk bergaul baik dengan mereka.
Wahai umatku! Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah,
saksikanlah!
Wahai manusia!
Sesungguhnya aku meninggalkan kepada
kalian sesuatu, yang jika kalian memeganginya erat-erat, niscaya kalian tidak
akan sesat selamanya. Yaitu: Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Wahai manusia!
Dengarkanlah baik-baik apa yang kuucapkan kepada kalian, niscaya kalian bahagia
untuk selamanya dalam hidupmu!
Wahai manusia!
Kalian hendaklah mengerti bahwa
orang-orang beriman itu bersaudara. Karena itu, bagi tiap-tiap pribadi di
antara kalian terlarang keras mengambil harta saudaranya, kecuali dengan izin
hati yang ikhlas.
Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah saksikanlah!
Janganlah kalian, setelah aku meninggal
nanti, kembali kepada kekafiran, yang sebagian kalian mempermainkan senjata
untuk menebas batang leher kawannya yang lain. Sebab, bukankah telah
kutinggalkan untuk kalian pedoman yang benar, yang jika kalian mengambilnya
sebagai pegangan dan lentera kehidupan kalian, tentu kalian tidak akan sesat,
yakni Kitab Allah.
Wahai umatku! Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah,
saksikanlah!
Wahai manusia!
Sesungguhnya Tuhan kalian itu satu, dan
sesungguhnya kalian berasal dari satu bapak. Kalian semua dari Adam dan Adam
terjadi dari tanah. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian semua
di sisi Tuhan adalah orang yang paling bertakwa. Tidak sedikit pun ada
kelebihan bangsa Arab dari yang bukan Arab, kecuali dengan takwa.
Wahai umatku! Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah, saksikanlah!
Karena itu, siapa saja yang hadir di antara kalian di tempat ini
berkewajiban untuk menyampaikan wasiat ini kepada mereka yang tidak hadir!”
TAMAT
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran Anyar, 16
Januari 2017